Menghargai Karya Sastra melalui Sastra Bandingan

Pernah membaca dua karya sastra berbeda, dan menemukan kemiripan? atau suka membaca buku karya penulis luar, kemudian berpikir tentang sastra luar negeri dan sastra Indonesia? Adakah bedanya? Atau sama saja, hanya berbeda bahasa? Nah, dalam ilmu sastra ada istilahnya sastra bandingan. Yuk, kita belajar bersama tentang sastra bandingan.

Apa sih, Sastra Bandingan itu?

            Istilah sastra bandingan sudah ada sejak lama. Dalam bukunya yang berjudul Theory of Literature, yang diterjemahkan menjadi Teori Kesusastraan, Rene Wellek dan Austen Warren (2016) menyebutkan bahwa sastra bandingan disebut oleh A.F Villeman dengan literature comparee (1829) yang kemudian banyak digunakan oleh ilmuwan Perancis, sementara itu dalam bahasa Inggris, istilah ini pertama kali digunakan oleh Matthew Arnold ketika menerjemahkan istilah J.J Ampere, yaitu histoire comparative (1848).

Wellek dan Warren (2016) juga menyebutkan bahwa sastra bandingan sudah umum digunakan dalam kritik sastra dan tidak memiliki prosedur yang khas. Istilah ini memiliki beberapa konsep, di antaranya:

  1. Sastra bandingan dipergunakan dalam studi sastra lisan, terutama untuk cerita rakyat dan penyebarannya, juga bagaimana dan kapan sastra lisan berkembang ke dalam sastra tulisan.
  2. Sastra bandingan digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua karya sastra atau lebih.
  3. Sastra bandingan disamakan dengan studi sastra secara menyeluruh.

            Dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, Endraswara (2011) menyebutkan bahwa hampir tidak mungkin karya sastra muncul tanpa bersentuhan dengan karya lainnya. Namun, kehadiran sastra bandingan bukan untuk menemukan siapa yang meniru ide tulisan atau hal lainnya, melainkan bertujuan untuk memahami sastra lebih dalam lagi.

Sastra bandingan sudah lebih sejak dulu populer di Eropa dan Amerika. Para peneliti sastra di sana sudah berusaha mencari persamaan dan perbedaan sastra lintas negara. Di Indonesia sendiri, sastra bandingan berkembang cukup lambat karena kebanyakan orang berasumsi bahwa penelitian yang melibatkan perbandingan sastra membutuhkan bekal ilmu yang cukup dalam dan kompleks.

            Studi ini mempunyai dua aliran, yaitu aliran Perancis, dan Amerika. Aliran Perancis disebut dengan aliran lama karena menjadi pelopor munculnya sastra bandingan. Aliran ini cenderung membandingkan karya sastra dari negara yang berbeda, untuk mencari perbedaan dan kesamaannya. Sedangkan aliran Amerika disebut dengan aliran baru yang mengembangkan aliran sebelumnya. Aliran Amerika lebih cenderung membandingkan karya sastra dengan ilmu pengetahuan lainnya. 

            Dengan berpedoman pada pendapat ahli, Anggradinata (2020) menyebutkan bahwa sastra bandingan merupakan sebuah metode, bukan sebuah teori untuk membedah karya sastra. Oleh karena itu, dalam membandingkan, seorang peneliti bebas menggunakan berbagai teori dan sudut pandang. Peneliti sastra bandingan dapat menggunakan sudut pandang psikologi sastra, sosiologi sastra, dan lain sebagainya.

            Di zaman sekarang, saat ilmu pengetahuan dan penelitian telah berkembang pesat, sastra bandingan tidak melulu soal membandingkan dua karya sastra dari negara berbeda. Metode perbandingan juga dapat digunakan untuk dua karya sastra yang berasal dari negara yang sama, terutama di Indonesia yang di tiap daerah memiliki budaya berbeda. Di setiap daerah tentunya terdapat karya sastra atau cerita rakyat yang khas. Di sinilah, sastra bandingan dapat berperan untuk membedah karya sastra tersebut.  

            Tujuan dan Manfaat Sastra Bandingan

            Sastra bandingan juga mempunyai tujuan dan manfaat. Menurut Endraswara (2011), beberapa tujuan dan manfaat sastra bandingan, di antaranya:

  1. Menemukan orisinalitas karya sastra.
  2. Menemukan keterkaitan baik teks maupun konteks dalam karya sastra.
  3. Menelusuri dan menempatkan karya sastra pada proporsi yang tepat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
  4. Membantu penulisan sejarah dan teori sastra.
  5. Memberikan pemahaman tentang dua atau lebih karya sastra secara mendalam.

Namun, perlu ditekankan bahwa upaya perbandingan dilakukan bukan untuk mencari celah kesalahan suatu karya atau penulis, melainkan untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan tentang sastra, baik dari daerah maupun negara yang berbeda. Adanya suatu kemiripan dan perbedaan merupakan hal yang lumrah, termasuk juga dalam karya sastra. Membandingkan dilakukan bukan untuk menentukan mana karya sastra yang lebih baik dan sebaliknya. Setiap karya sastra memiliki ciri khas tersendiri. Meskipun terdapat unsur yang mengandung kemiripan, pastilah tetap terdapat perbedaan yang menjadikannya khas.

Referensi:

Anggradinata, L. P. (2020). Model Kajian Sastra Bandingan Berperspektif Lintas Budaya (Studi Kasus Penelitian Sastra di Asia Tenggara). Jurnal Salaka: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia, 2(2), 76-85. https://journal.unpak.ac.id/index.php/salaka/article/view/2486

Endraswara, Suwardi. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: bukupop.

Wellek, R. & Warren, A. (2016). Theory of Literature (Teori Kesusastraan). Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai